Bahan pembentuk beton dibagi menjadi 2, yang
pertama bahan utama yaitu semen, agregat dan air serta bahan tambahan (admixture).
A.
Bahan Utama
Bahan utama pembentuk beton adalah semen, air,
agregat halus dan agregat kasar. Semen dan air sebagai bahan aktif berfungsi
sebagai pengikat. Jika semen dan air diaduk maka akan menghasilkan pasta.
Kemudian pasta tersebut diharapkan dapat mengikat agregat kasar dan agregat
halus lalu mengeras menjadi seperti batu.
Kombinasi jumlah dan kualitas dari bahan pembentuk
beton tersebut sangat mempengaruhi kuat tekan beton. Beberapa contoh komposisi
dan kualitas yang tidak sesuai akan menyebabkan beberapa hal berikut:
·
Komposisi air yang terlalu banyak akan menyebabkan air tidak menyatu
dengan semen dan bergerak keatas semen (bleeding).
·
Agregat yang terlalu banyak kandungan lumpur. Jika kandungan lumpur
terlalu banyak, juga akan melemahkan kuat tekan Beton.
·
Agregat yang terlalu banyak kandungan air juga dapat melemahkan kuat
tekan beton karena hal ini dapat mempengaruhi water to cement ratio yang
telah direncanakan di awal.
Sesuai dengan gambar dibawah ini, semen portland
dan air akan menghasilkan pasta semen. Jika pasta itu dicampur dengan agregat
halus maka akan menjadi mortar. Kemudian jika Pasta semen dicampur dengan
agregat halus dan agregat kasar maka akan menjadi beton. (Sujatmiko,
2019)
Gambar
1. Proses terjadinya Beton
Selain kekuatan pasta semen, hal lain yang perlu
menjadi perhatian adalah agregat. Proporsi campuran agregat dalam beton adalah
sekitar 60-75%, sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi
ekonomi maupun dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan,
secara linear dan tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik,
begitu juga sebaliknya jika melihat fungsi agregat dalam campuran beton hanya
sebagai pengisi maka diperlukan suatu sifat yang saling mengikat dan saling mengisi
(interlocking) yang baik, hal ini dapat tercapai jika bentuk permukaan
dan bentuk agregatnya memenuhi syarat yang diberikan baik itu syarat ASTM, ACI
maupun SII. Agregat yang digunakan dalam beton yang berfungsi sebagai bahan
pengisi, namun karena presentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka
agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton. (Sujatmiko, 2019)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat (Sujatmiko, 2019):
1. Perbandingan
agregat dan semen campuran
2. Kekuatan
agregat
3. Bentuk
dan ukuran
4. Tekstur
permukaan
5. Gradasi
6. Reaksi
kimia, dan
7. Ketahanan
terhadap pahnas
B. Bahan tambahan (Admixture)
Bahan tambahan (admixture) adalah bahan/material selain air,
semen dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton atau mortar sebelum atau
selama pengadukan. Bahan tambah biasanya hanya digunakan untuk memperbaiki
sifat-sifat beton, baik saat beton dalam keadaan segar ataupun saat beton
mengeras nantinya. Banyaknya dan komposisi kimia dari bahan tambah akan
menyebabkan karakteristik yang berbeda terhadap kinerja beton yang diharapkan.
Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton.
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah berupa mineral
(additive) dan bahan tambah kimiawi (chemical admixture). Bahan
tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran.
Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture
biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau
untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive
digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.
Menurut
ACI Committee 212.1R-8 (Revised 1986) yang selalu diperbaiki
sejak 1944, 2954, 1963, 1971. Jenis bahan tambah untuk beton dikelompokkan
dalam 5 kelompok yaitu: accelerating, air-entraining, water reducer and
set-controlling, finely devided mineral dan miscellaneous.
C. BEBERAPA ALASAN PENGGUNAAN BAHAN
TAMBAH
Beberapa tujuan
yang penting dari penggunaan bahan tambah ini menurut manual of concrete
practice dalam admixtures and concrete (ACI.212.1R-8, Revised 1986) antara
lain:
a)
Memodifikasi
Beton Segar, Mortar dan Grouting
Ø Menambah sifat kemudahan
pekerjaan tanpa menambah air atau mengurangi kandungan air dengan sifat
pengerjaan yang sama.
Ø Menghambat atau mempercepat
waktu peningkatan awal dari campuran beton.
Ø Mengurangi atau mencegah
secara preventif penurunan atau perubahan volume beton.
Ø Mengurangi segregasi
Ø Mengembangkan dan
meningkatkan sifat penetral dan pemompaan beton segar.
Ø
Mengurangi
kehilangan nilai slump
Ø
b)
Memodifikasi
Beton Keras, Mortar dan Grouting
Ø Menghambat atau mengurangi
ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
Ø Mempercepat laju pengembangan
kekuatan beton pada umur muda.
Ø Menambah kekuatan beton (kuat
tekan, kuat lentur atau kuat geser dari beton).
Ø Menambah sifat keawetan beton
atau ketahanan dari gangguan luar termasuk serangan garam – garam sulfat.
Ø Mengurangi kapilaritas dari
air.
Ø Mengurangi sifat
permeabilitas.
Ø Mengontrol pengembangan yang
disebabkan oleh reaksi dari alkali termasuk alkali dalam agregat.
Ø
Ø Menghasilkan struktur beton
yang baik.
Ø Menambah kekuatan ikatan
beton bertulang.
Ø Mengembangkan ketahanan gaya
impact (berulang) dan ketahanan abrasi.
Ø Mencegah korosi yang terjadi
pada baja (embedded metal).
Ø
Menghasilkan
warna tertentu pada beton atau mortar
D. ASPEK EKONOMI PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH
Penambahan bahan tambah dalam sebuah
campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan yang
lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau
substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri.
Karena tujuannya memperbaiki atau
mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan
dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat – volume tidak
terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan
tambah.
Penambahan
biaya mungkin baru bisa terasa efeknya pada saat pengadaan bahan tambah
tersebut yang meliputi biaya transportasi, penempatannya dilapangan dan biaya
diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi perhatian dalam aspek ekonominya.
E. PERHATIAN PENTING DALAM PENGGUNAAAN BAHAN
TAMBAH
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran
beton harus dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM, atau
ACI. Selain itu, yang terpenting adalah memperhatikan petunjuk dalam manualnya
jika menggunkaan bahan ”paten” yang diperdagangkan.
Beberapa
evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan tambah:
a)
Penggunaan
semen dengan tipe yang khusus
b)
Penggunaan
satu atau lebih bahan tambah
c)
Petunjuk
umum mengenai penggunaan atau temperatur yangt diijinkan pada saat pengadukan
dan pengecoran
Selanjutnya hal yang menjadi perhatian
adalah:
a)
Penggantian
tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen yang
digunakan atau memodifikasi
gradasi agregat, atau proporsi campuran yang diharapkan
b)
Banyak
bahan tambah mengubah lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang – kadang
justru merugikan
c) Efek bahan tambah sangat
nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi
agregat, tipe dan lama pengadukan.
F. JENIS BAHAN TAMBAH
Secara umum bahan tambah yang digunakan
dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat
kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat
mineral (additive).
Bahan tambah admixture
ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksaaan pengecoran (placing)
sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral ditambahkan saat
pengadukan dilaksanakan.
Bahan tambah ini biasanya merupakan
bahan tambah kimia yang dimasukkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat
pelaksanaan pekerjaan jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambah kimia (chemical
admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan.
Bahan
tambah aditif merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat penyemenan jadi
bahan tambah aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.
a) Bahan Tambah Kimia
Menurut
standar ASTM. C.494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan
Pedoman Beton 1989:29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe
bahan tambah.
Pada
dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk
kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam
racikan beton sesuai dengan pemilihamn proporsi betonnya (PB, 1989:12). Jenis
dan definisi bahan tambah kimia ini sebagai berikut:
Tipe A ”Water – Reducing Admixtures”
Water – Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu.
Water
– Reducing Admixture digunakan
antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump
untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air semen
yang rendah. Atau dengan tidak mengubah kadar semen yang digunakan dengan
faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih
tinggi. Hal lain juga dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak
mengubah faktor air semen dan slump.
Pada
kasus pertama dengan mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan
meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air
semen yang rendah akan meningkatkan kekuatan beton.
Pada
kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang didaptkan akan memudahkan
penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan
dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimasukkan untuk mengurangi biaya karena
penggunaan semen yang lebih kecil (marther, Bryant., 1994:494-495).
Bahan
tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organik ataupun campuran
anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan udara
dalam hal mengurangi kandungariair campuran.
Selain itu bahan tambah ini dapat
digunakan untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai dampak
perubahan faktor air semen. Komposisi dari campuran bahan tambah ini
diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1.
Asam
lignosulfonic dan
kandungan garam-garam.
2.
Modifikasi
dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
3.
Hydroxylated
carboxylic acids dan
kandungan garamnya.
4.
Modifikasi
hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
5.
Material
lain seperti:
Material
inorganik seperti seng, garam-garam, barak, fosfat, klorida.
·
Asam
amino dan turunannya,
·
Karbonhidrat,
polisakarin dan gula asam.
·
Campuran polimer, seperti eter,
turunan melamic, naptan, silikon, hidrokarbon-sulfat.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang
dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding dan kehilangan air pada saat
beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap
perubahan volume,
susut
pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi penting untuk
melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan tambah
tersebut.
Tipe B ”Retarding
Admixture”
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang bermngsi untuk menghambat waktu
pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda waktu pengikatan beton {setting
time) misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang
waktu untuk pemadatan untuk menghindari cold joints dan menghindari dampak
penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
Tipe C ”Accelerating
Admixture”
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang bermngsi untuk mempercepat
pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk
mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat
pencapaian kekuatan pada beton. Accelerating Admixtures yang paling
terkenal adalah kalsium klorida. Bahan kimia lain yang berfungsi sebagai pemercepat
antara lain adalah senyawa-senyawa garam seperti klorida, bromida, karbonat,
silikat dan terkadang senyawa organik lainnya seperti tri-etanolamin. Perlu
ditekankan bahwa kalsium klorida jangan digunakan jika korosi progresif dari
tulangan bajadapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2 dari berat semen yang
digunakan.
Penggunaan
bahan tambah pemercepat laju pengerasan harus didasarkan atas pertimbangan
ekonomi dengan membandingkan pada penggunaan bahan tambah lain seperti,
bandingkan dengan penggunaan semen Tipe III, penggunaan semen yang lebih
banyak, penggunaan metode perawatan dan proteksi yang berbeda, penggunaan bahan
air dan agregat yang panas. Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi
menjadi tiga: (1). Larutan garam organik
(2).
Larutan campuran organik
(3). Material
miscellaneous.
Tipe D ”Water Reducing and Retarding
Admixture”
Water Reducing and Retarding Admixtures
adalah bahan tambah yang berfungsi ganda
yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
Water Reducing
and Retarding Admixtures yaitu pengurang air
dan pengontrol pengeringan (Water Reducing Admixture). Bahan ini
digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi
kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini
hampir semuanya berwujud cair.
Air yang terkandung dalam bahan ini
akan menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam perencanaan air ini
hams ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan
bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan
kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan
agregat halus sehingga volume tidak berubah.
Tipe E ”Water Reducing and
Accelerating Admixture”
Water Reducing and Accelerating
Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilan beton yang konsistensinya tertentu dan mepercepat pengikatan awal.
Bahan ini digunakan untuk menambah
kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding
dengan pengurangan kandungan air artinya FAS yang digunakan tetap dengan
mengurangi kadar air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang
terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi,
dalam campuran perencanaan air ini harus di tambahkan sebagai berat air total
dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan
agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara, atau
semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume
tidak berubah Pemercepat waktu pengikatan didalam bahan tambah kimia ini untuk
mempercepat sehingga untuk beton yang menggunakan bahan tambah ini akan
dihasilkan waktu pengikatan cepat dan kadar air yang rendah dalam FAS. Kondisi
yang dikehendaki adalah kuat tekan beton yang tinggi tetapi kecepatan
pengikatan yang dinginkan dapat lebih tinggi.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi
sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang
sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Jenis bahan
tambah ini dapat berupa superplasticizer. Bahan jenis ini pun termasuk
dalam
bahan kimia tambahan yang baru, dan disebut sebagai "bahan tambahan kimia
pengurang air". Tiga jenis plastisizer yang dikenal adalah :
(1).
kondensi sulfonat melamin formadehid dengan kandungan klorida sebesar
0.005%,
(2).
sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang
dapat diabaikan
(3). modifikasi lignosulfonat
tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan tambahan tersebut dibuat
dari sulfonat organik dan disebut superplastisizer, karena dapat mengurangi
pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 8 inch
(208 mm) atau lebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat
semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.
Tipe G ”Water Reducing,
High Range Retarding Admixture”
Water Reducing, High Range Retarding
Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan
juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan
superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan
untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang
mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.
b)
Bahan Tambah Mineral (additive)
Bahan tambah mineral ini merupakan
bahan tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini,
bahan tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan
beton, sehingga bahan tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan.
Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzollan, fly ash, slag, dan silica
fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral ini antara lain
(Cain, 1994: 500-508):
Ø memperbaiki kinerja
workability
Ø mengurangi panas hidrasi
Ø mengurangi biaya pekerjaan
beton
Ø mempertinggi daya tahan
terhadap serangan sulfat
Ø mempertinggi daya tahan
terhadap serangan reaksi alkali-silika
Ø mempertinggi usia beton
Ø mempertinggi kekuatan tekan
beton
Ø mempertinggi keawetan beton
Ø mengurangi penyusutan
Ø mengurangi porositas dan daya
serap air dalam beton
Abu Terbang Batu Bara
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu
terbang (fly ash)didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran
batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedalkan menjadi dua,
yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit
atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara
jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan
mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang
dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam Tabel 5 1 (ASTM C.618-95:305).
Slag
Slag
merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag dalam ASTM.
C.989, Standard spesification for ground granulated Blast-Furnace
Slag for use in concrete and mortar", (ASTM, 1995: 494) adalah produk
non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran
yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya dalam air.
Keuntungan
penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Lewis, 1982).
1.
Mempertinggi
kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya kenaikan kekuatan tekan.
2.
Menaikkan
ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
- Mengurangi variasi
kekuatan tekan beton.
- Mempertinggi ketahanan
terhadap sulfat dalam air laut.
5.
Mengurangi
serangan alkah-silika.
6.
Mengurangi
panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7.
Memperbaiki
penyelesaian akhir dan memberi wama cerah pada beton.
8.
Mempertinggi
keawetan karena pengaruh perubahan volume.
9.
Mengurangi
porositas dan serangan klorida.
Daftar Pustaka
1. Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius, 1999.
2. Perencanaan Struktur Beton Bertulang
Tahan Gempa, Rachmat Purwono, itspress, 2005.
3. Seni Konstruksi, Mario Salvadori, Pakar
Raya, 2009.
4. Teknik Bangunan, Daryanto, Rineka
Cipta, 2009.
5. Teknologi Beton, Tri Mulyono, Andi
Offset, 2009.
6. Konstruksi Kayu, Daryanyo, Satu Nusa,
2010.
Komentar
Posting Komentar